(DIKUTIP
DARI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN
BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN)
A. Tanda Titik (.)
1.
|
Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Ayahku
tinggal di Solo.
Biarlah
mereka duduk di sana.
Dia
menanyakan siapa yang akan datang.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda
titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda
titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Buku
itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia
memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia
mengatakan, "kaki saya sakit."
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda
titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda
titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan
angka atau huruf.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
pukul
1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Penulisan
waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||
4.
|
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
|
||||||||||||
Misalnya:
1.35.20
jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30
jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30
jam (30 detik)
|
|||||||||||||
5.
|
Tanda
titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
|
||||||||||||
Misalnya:
Alwi,
Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari.
1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
|
|||||||||||||
Catatan:
Urutan
informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
|
||||||||||||
Misalnya:
Desa
itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa
yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
Penduduk
Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
|
|||||||||||||
Catatan:
|
|
|||||||||
7.
|
Tanda
titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
|
B. Tanda Koma (,)
1.
|
Tanda
koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
|
Misalnya:
Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat
biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.
Satu,
dua, ... tiga!
|
|
2.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali.
|
Misalnya:
Saya
akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
Ini
bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia
senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca
puisi
Semua
mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
|
|
3.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
|
Misalnya:
Kalau
ada undangan, saya akan datang.
Karena
tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar
memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
|
|
Catatan:
Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya
akan datang kalau ada undangan.
Dia
mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
Kita
harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
|
|
4.
|
Tanda
koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
|
Misalnya:
|
Anak
itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa
belajar di luar negeri.
Anak
itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia
menjadi bintang pelajar
Meskipun
begitu,
dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
|
|
Catatan:
Ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu,
tidak dipakai pada awal paragraf.
|
|
5.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan,
seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata
lain yang terdapat di dalam kalimat.
|
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati
hati, ya, jalannya licin.
Mas, kapan pulang?
Mengapa
kamu diam, Dik?
Kue
ini enak, Bu.
|
|
6.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
|
Misalnya:
Kata
Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya
gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."
|
|
7.
|
Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
|
Misalnya:
"Di
mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk
ke kelas sekarang!" perintahnya.
|
|
8.
|
Tanda
koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
|
Misalnya:
Sdr.
Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya,
10 Mei 1960
Tokyo,
Jepang.
|
|
9.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
|
Misalnya:
Gunawan,
Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim,
Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Junus,
H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono,
Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
|
10.
|
Tanda
koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
|
Misalnya:
Alisjahbana,
S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman,
Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung:
Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta,
W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta:
UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
|
|
11.
|
Tanda
koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
|
Misalnya:
B.
Ratulangi, S.E.
Ny.
Khadijah, M.A.
Bambang
Irawan, S.H.
Siti
Aminah, S.E., M.M.
|
|
Catatan:
Bandingkan Siti
Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti
Khadijah Mas Agung).
|
|
12.
|
Tanda
koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
|
Misalnya:
12,5
m
27,3
kg
Rp500,50
Rp750,00
|
|
Catatan:
Bandingkan
dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di
antara dolar dan sen.
|
|
13.
|
Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)
|
Misalnya:
Guru
saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di
daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan
sirih.
Semua
siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan
suara.
|
|
Catatan:
Bandingkan
dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma.
Misalnya:
Semua
siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
|
|
14.
|
Tanda
koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
|
Misalnya:
Dalam
pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan
nusantara ini.
Atas
perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
|
|
Bandingkan
dengan:
Kita
dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam
|
pengembangan
kosakata.
Kami
ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
|
C. Tanda Titik Koma (;)
1.
|
Tanda
titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
|
||||||||
Misalnya:
Hari
sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
Ayah
mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik
membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan
puisi-puisi penyair kesayanganku.
|
|||||||||
2.
|
Tanda
titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang
berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
|
||||||||
Misalnya:
Syarat
syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
|
|||||||||
3.
|
Tanda
titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila
unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
|
||||||||
Misalnya:
Ibu
membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan
jeruk.
Agenda
rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota,
dokumentasi, dan aset organisasi.
|
D. Tanda Titik Dua (:)
1.
|
Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian
atau pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Kita
sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya
ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda
titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita
memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas
itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
3.
|
Tanda
titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
|
|||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
4.
|
Tanda
titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama
kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
|
|||||||||
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah
Yasin: 9
Dari
Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman
Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
|
E. Tanda Hubung (-)
1.
|
Tanda
hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
|
Misalnya:
Di
samping cara lama diterapkan juga ca-
ra baru
....
Sebagaimana
kata peribahasa, tak ada ga-
ding yang
takretak.
|
|
2.
|
Tanda
hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran
dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
|
Misalnya:
Kini
ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran
baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata
ini merupakan sarana pertahan-
an yang
canggih.
|
|
3.
|
Tanda
hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
|
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
|
|
4.
|
Tanda
hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata
yang dieja satu-satu.
|
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
|
|
5.
|
Tanda
hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
|
Misalnya:
|
ber-evolusi
dua-puluh
ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan
sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan
boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
|
|||||||||||||
Bandingkan
dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan
(1 x 20.000)
tanggung
jawab dan kesetiakawanan sosial
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda
hubung dipakai untuk merangkai:
|
||||||||||||
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat
ke-2
tahun
1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas
rahmat-Mu
Bandara
Sukarno-Hatta
alat
pandang-dengar
|
|||||||||||||
7.
|
Tanda
hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
|
||||||||||||
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
|
F. Tanda Pisah (–)
1.
|
Tanda
pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
di luar bangun utama kalimat.
|
Misalnya:
Kemerdekaan
itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan
itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
|
|
2.
|
Tanda
pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
|
Misalnya:
Rangkaian
temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan
Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus terus ditingkatkan.
|
|
3.
|
Tanda
pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti
'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
|
Misalnya:
Tahun
1928–2008
Tanggal
5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
|
|||||||
Catatan:
|
G. Tanda Tanya (?)
1.
|
Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
|
Misalnya:
Kapan
dia berangkat?
Saudara
tahu, bukan?
|
|
2.
|
Tanda
tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
|
Misalnya:
Dia
dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya
sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
|
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1.
|
Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
|
||||
Misalnya:
Kalau
begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika
Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
|
|||||
2.
|
Tanda
elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
|
||||
Misalnya:
Sebab-sebab
kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan
dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
|
|||||
Catatan:
|
|
J. Tanda Petik (" ")
1.
|
Tanda
petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pasal
36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "
Ibu
berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
"Saya
belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda
petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Sajak
"Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
Saya
sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia"
dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Bacalah
"Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah
"Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta
seminar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda
petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pekerjaan
itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Dia
bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama
"cutbrai".
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1.
|
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan
lain.
|
||||||||
Misalnya:
Tanya
dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
"Waktu
kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa
letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
|
|||||||||
2.
|
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
|
||||||||
Misalnya:
|
|||||||||
3.
|
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah
atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
|
||||||||
Misalnya:
|
L. Tanda Kurung (( ))
1.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
|
Misalnya:
Anak
itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia
tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
|
|
Catatan:
Dalam
penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
|
|
Misalnya:
Saya
sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan
tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
|
|
2.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
|
Misalnya:
Sajak
Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
Keterangan
itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
|
|
3.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
|
Misalnya:
Kata cocaine diserap
ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan
kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
|
|
4.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
|
Misalnya:
Faktor
produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c)
tenaga kerja.
|
Dia
harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2)
ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
|
|||||||||||||
Catatan:
Tanda
kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang
menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
|
|||||||||||||
Misalnya:
Kemarin
kakak saya membeli
Dia
senang dengan mata pelajaran
|
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1.
|
Tanda
kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
|
Misalnya:
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia
memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang
tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
|
|
2.
|
Tanda
kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
|
Misalnya:
Persamaan
kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35–38]) perlu dibentangkan di sini.
|
N. Tanda Garis Miring (/)
1.
|
Tanda
garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
|
||||||
Misalnya:
No.
7/PK/2008
Jalan
Kramat III/10
tahun
ajaran 2008/2009
|
|||||||
2.
|
Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap,
dan ataupun.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
Catatan:
Tanda
garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan
dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
|
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Dia 'kan sudah kusurati.
|
('kan = bukan)
|
Malam 'lah tiba.
|
('lah = telah)
|
1
Januari '08
|
('08 = 1988)
|
PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1.
|
Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Ayahku
tinggal di Solo.
Biarlah
mereka duduk di sana.
Dia
menanyakan siapa yang akan datang.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda
titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda
titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Buku
itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia
memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia
mengatakan, "kaki saya sakit."
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda
titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda
titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka
atau huruf.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
pukul
1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Penulisan
waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||
4.
|
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
|
||||||||||||
Misalnya:
1.35.20
jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30
jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30
jam (30 detik)
|
|||||||||||||
5.
|
Tanda
titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
|
||||||||||||
Misalnya:
Alwi,
Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari.
1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
|
|||||||||||||
Catatan:
Urutan
informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
|
||||||||||||
Misalnya:
Desa
itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa
yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
Penduduk
Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
|
|||||||||||||
Catatan:
|
|
|||||||||
7.
|
Tanda
titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
|
B. Tanda Koma (,)
1.
|
Tanda
koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
|
Misalnya:
Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat
biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.
Satu,
dua, ... tiga!
|
|
2.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali.
|
Misalnya:
Saya
akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
Ini
bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia
senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca
puisi
Semua
mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
|
|
3.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
|
Misalnya:
Kalau
ada undangan, saya akan datang.
Karena
tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar
memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
|
|
Catatan:
Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya
akan datang kalau ada undangan.
Dia
mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
Kita
harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
|
|
4.
|
Tanda
koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
|
Misalnya:
|
Anak
itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa
belajar di luar negeri.
Anak
itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia
menjadi bintang pelajar
Meskipun
begitu,
dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
|
|
Catatan:
Ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu,
tidak dipakai pada awal paragraf.
|
|
5.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,
atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
|
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati
hati, ya, jalannya licin.
Mas, kapan pulang?
Mengapa
kamu diam, Dik?
Kue
ini enak, Bu.
|
|
6.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
|
Misalnya:
Kata
Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya
gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."
|
|
7.
|
Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
|
Misalnya:
"Di
mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk
ke kelas sekarang!" perintahnya.
|
|
8.
|
Tanda
koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
|
Misalnya:
Sdr.
Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya,
10 Mei 1960
Tokyo,
Jepang.
|
|
9.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
|
Misalnya:
Gunawan,
Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim,
Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Junus,
H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono,
Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
|
10.
|
Tanda
koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
|
Misalnya:
Alisjahbana,
S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman,
Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung:
Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta,
W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta:
UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
|
|
11.
|
Tanda
koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
|
Misalnya:
B.
Ratulangi, S.E.
Ny.
Khadijah, M.A.
Bambang
Irawan, S.H.
Siti
Aminah, S.E., M.M.
|
|
Catatan:
Bandingkan Siti
Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah
Mas Agung).
|
|
12.
|
Tanda
koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
|
Misalnya:
12,5
m
27,3
kg
Rp500,50
Rp750,00
|
|
Catatan:
Bandingkan
dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di
antara dolar dan sen.
|
|
13.
|
Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)
|
Misalnya:
Guru
saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di
daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan
sirih.
Semua
siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan
suara.
|
|
Catatan:
Bandingkan
dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma.
Misalnya:
Semua
siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
|
|
14.
|
Tanda
koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
|
Misalnya:
Dalam
pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara
ini.
Atas
perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
|
|
Bandingkan
dengan:
Kita
dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam
|
pengembangan
kosakata.
Kami
ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
|
C. Tanda Titik Koma (;)
1.
|
Tanda
titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
|
||||||||
Misalnya:
Hari
sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
Ayah
mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik
membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan
puisi-puisi penyair kesayanganku.
|
|||||||||
2.
|
Tanda
titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang
berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
|
||||||||
Misalnya:
Syarat
syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
|
|||||||||
3.
|
Tanda
titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila
unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
|
||||||||
Misalnya:
Ibu
membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan
jeruk.
Agenda
rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota,
dokumentasi, dan aset organisasi.
|
D. Tanda Titik Dua (:)
1.
|
Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian
atau pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Kita
sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya
ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda
titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita
memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas
itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
3.
|
Tanda
titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
|
|||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
4.
|
Tanda
titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan
ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
|
|||||||||
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah
Yasin: 9
Dari
Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman
Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
|
E. Tanda Hubung (-)
1.
|
Tanda
hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
|
Misalnya:
Di
samping cara lama diterapkan juga ca-
ra baru
....
Sebagaimana
kata peribahasa, tak ada ga-
ding yang
takretak.
|
|
2.
|
Tanda
hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran
dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
|
Misalnya:
Kini
ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran
baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata
ini merupakan sarana pertahan-
an yang
canggih.
|
|
3.
|
Tanda
hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
|
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
|
|
4.
|
Tanda
hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata
yang dieja satu-satu.
|
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
|
|
5.
|
Tanda
hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
|
Misalnya:
|
ber-evolusi
dua-puluh
ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan
sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan
boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
|
|||||||||||||
Bandingkan
dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan
(1 x 20.000)
tanggung
jawab dan kesetiakawanan sosial
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda
hubung dipakai untuk merangkai:
|
||||||||||||
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat
ke-2
tahun
1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas
rahmat-Mu
Bandara
Sukarno-Hatta
alat
pandang-dengar
|
|||||||||||||
7.
|
Tanda
hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
|
||||||||||||
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
|
F. Tanda Pisah (–)
1.
|
Tanda
pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat.
|
Misalnya:
Kemerdekaan
itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan
itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
|
|
2.
|
Tanda
pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
|
Misalnya:
Rangkaian
temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan
Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus terus ditingkatkan.
|
|
3.
|
Tanda
pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti
'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
|
Misalnya:
Tahun
1928–2008
Tanggal
5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
|
|||||||
Catatan:
|
G. Tanda Tanya (?)
1.
|
Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
|
Misalnya:
Kapan
dia berangkat?
Saudara
tahu, bukan?
|
|
2.
|
Tanda
tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
|
Misalnya:
Dia
dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya
sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
|
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1.
|
Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
|
||||
Misalnya:
Kalau
begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika
Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
|
|||||
2.
|
Tanda
elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
|
||||
Misalnya:
Sebab-sebab
kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan
dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
|
|||||
Catatan:
|
|
J. Tanda Petik (" ")
1.
|
Tanda
petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pasal
36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "
Ibu
berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
"Saya
belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda
petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Sajak
"Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
Saya
sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam
buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Bacalah
"Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah
"Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta
seminar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda
petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pekerjaan
itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Dia
bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama
"cutbrai".
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1.
|
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan
lain.
|
||||||||
Misalnya:
Tanya
dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
"Waktu
kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa
letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
|
|||||||||
2.
|
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
|
||||||||
Misalnya:
|
|||||||||
3.
|
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah
atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
|
||||||||
Misalnya:
|
L. Tanda Kurung (( ))
1.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
|
Misalnya:
Anak
itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia
tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
|
|
Catatan:
Dalam
penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
|
|
Misalnya:
Saya
sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan
tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
|
|
2.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
|
Misalnya:
Sajak
Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
Keterangan
itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
|
|
3.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
|
Misalnya:
Kata cocaine diserap
ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan
kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
|
|
4.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.
|
Misalnya:
Faktor
produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c)
tenaga kerja.
|
Dia
harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2)
ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
|
|||||||||||||
Catatan:
Tanda
kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang
menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
|
|||||||||||||
Misalnya:
Kemarin
kakak saya membeli
Dia
senang dengan mata pelajaran
|
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1.
|
Tanda
kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
|
Misalnya:
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia
memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang
tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
|
|
2.
|
Tanda
kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
|
Misalnya:
Persamaan
kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35–38]) perlu dibentangkan di sini.
|
N. Tanda Garis Miring (/)
1.
|
Tanda
garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
|
||||||
Misalnya:
No.
7/PK/2008
Jalan
Kramat III/10
tahun
ajaran 2008/2009
|
|||||||
2.
|
Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap,
dan ataupun.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
Catatan:
Tanda
garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan
dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
|
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Dia 'kan sudah
kusurati.
|
('kan = bukan)
|
Malam 'lah tiba.
|
('lah = telah)
|
1
Januari '08
|
('08 = 1988)
|