Dalam kasus penggabungan kata dengan bentuk frasa, kata yang satu merupakan inti, sedangkan kata yang lain menjelaskan ataupun menerangkan kata intinya. Tiap morfem dasar yang membentuknya berkedudukan sama. Tidak ada morfem yang bersifat menjelaskan atau dijelaskan. Alhasil, di sini akan dimukan makna baru dari gabungan dua kata dasar, yang mungkin saja artinya jauh berbeda dengan makna per katanya.
Ciri-ciri Kata Majemuk
A. Tidak Bisa Disisipi
Untuk mengetahui sebuah gabungan kata adalah jenis kata majemuk atau hanya frasa, kalian dapat mengetesnya dengan memberikan sisipan di antara dua kata dasar pembentuknya. Umumnya, sisipannya berupa preposisi atau kata depan. Jika gabungan kata tersebut dapat disisipi, berarti ia hanyalah bentuk frasa. Namun jika ketika disisipi maka artinya berubah, berarti ia dapat dikategorikan sebagai kata majemuk.Contoh: “kacamata” tidak dapat diganti menjadi “kaca dari mata” ataupun “kaca pada mata”. Sementara itu sakit mata dapat disisipi penulisannya menjad “sakit di mata” atau “sakit pada mata”.
B. Tidak Dapat Diperluas
Perluasan sebuah kata dapat terjadi dengan pemberian afiks (imbuhan). Khusus untuk kata majemuk, perluasan tidak bisa diberikan pada satu kata saja, namun harus mencakup kedua kata pembentuknya. Hal ini berbeda dengan frasa yang salah satu katanya bisa diperluas dengan pembubuhan afiks.Contoh: “kereta api” tidak dapat diperluas menjadi perkereta api atau kereta apian. Namun, harus memakai imbuhan awal dan akhir untuk mengapit kedua kata yang membentuknya. Maka, kereta api baru dapat diperluas menjadi perkeretaapian.
C. Posisi Tidak Dapat Ditukar
Kata-kata yang membentuk sebuah kata majemuk bersifat tetap. Jadi, kalian tidak dapat menukarkan posisi antarkatanya, sebab jika dipertukarkan, maknanya akan hilang atau berubah total.Contoh: “angkat kaki” memiliki makna ‘pergi’. Namun jika posisi kata-kata dasar yang membentuknya di balik, menjadi kaki angkat, maknanya menjadi hilang dan tidak jelas.
Selain dari segi penulisannya, kita juga dapat membedakannya berdasarkan maknanya. Berikut ini pengklasifikasian berdasarkan maknanya:
1. Idiom
Sebuah kata majemuk dapat digolongkan menjadi idiom apabila tidak ada lagi makna salah satu kata dasar yang mengarah pada makna baru kata tersebut. Hemat kata, yang berupa idiom adalah kata bermakna baru yang artinya melenceng dari makna kata-kata dasar yang membentuknya.Contoh: harga diri dan matahari
2. Semi-idiom
Pada jenis yang satu ini, kalian masih bisa menemukan makna asli dari satu kata dasar yang membentuknya. Namun, makna tersebut mengalami pergeseran sehingga artinya agak berubah.Contoh kata majemuk: rumah sakit dan buku tulis
Frase dan Jenis-Jenisnya
A. Pengertian FraseFrase adalah kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
B. Macam-macam Frase
Frase terbagi menjadi dua yaitu :
1) Frase Endosentrik (bertingkat) : frase yang terdiri dari inti dan tambahan.
Contoh :
Rumah Indah
(Rumah = Inti Frase, Indah = Tambahan)
Tabrakan Beruntun
(Tabrakan = Inti Frase, Beruntun = Tambahan)
2) Frase Ekosentrik (setara) : frase yang terdiri dari inti dua-duanya.
Contoh :
– Tua muda
– Merah putih
C. Ciri-ciri Frase
– Frase setara : dapat dihubungkan dengan kata penghubung (dan, atau) semua unsurnya merupakan kata pokok.
– Frase bertingkat : tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung (dan, atau) tetapi bisa disisipi kata penghubung (yang, untuk, milik). Contoh : Murid pandai.
D. Bentuk Frase Endosentrik (Bertingkat)
1) Frase Nomina (kata benda)
contoh : Gedung Bertingkat
2) Frase Verba (kata kerja)
contoh : Sedang belajar
3) Frase Adjektiva (kata sifat)
contoh : Pintar sekali
4) Frase Pronomina (kata ganti)
contoh : Saya sendiri
5) Frase Adverbia (kata keterangan)
contoh : Kemarin sore
6) Frase Numeralia (petunjuk bilangan)
contoh : Hanya satu
7) Frase idiomatik (kata ungkapan; frase yang bukan arti sebenarnya)
contoh : Ringan tangan, anak emas, hidung belang.