Senin, 26 Agustus 2019

SAUDARA KANDUNGMU ADALAH ORANG PENTING DALAM HIDUPMU (Jangan Pernah Lupakan Itu!)






Kehidupan adalah sebuah takdir dari yang kuasa  yang wajib  disyukuri,   Allah yng menentukan kehidupan dan kematian, begitu juga  kedua orang tua serta yang menjadi saudara sedarah kita.  Sudah menjadi ketentuan orang-orang yang sedarah di dekat kita, kehidupan tidak bisa dipilih bahwa  ingin menjadi anak seorang presiden, anak konglemerat, anak artis dan sebagainya. Suka tidak suka tentang orang tuannya maka harus diterima bahwa be itulah kedua orang tua kita, dari keturunan kedua orang tua, sehingga kita memiliki saudara.
  Bukanlah sebuah kebetulan ketika kita memiliki saudara kandung entah itu kakak atau adik. Kehadiran mereka memberikan banyak warna dalam hidup kita. Tidak hanya ketika kita masih kecil, namun juga saat sudah dewasa. Dan alangkah lebih manis lagi, ketika kita bisa menua bersama mereka, bersama kemenakan, serta cucu dan cicit.
Mengapa hubungan yang sehat dengan saudara kandung sangat penting dalam kehidupan? Psychologytoday.com menyebutkan setidaknya ada tiga alasan:
  1. Sahabat  mungkin datang dan pergi silih berganti, namun saudara kandung adalah sahabat yang tidak akan pergi. Hubungan bersaudara dapat dikatakan sebagai salah satu hubungan terpanjang yang dapat dimiliki manusia.
  2. Hubungan saudara tidak dibuat-buat dan selalu apa adanya. Karena kita bertumbuh bersama mereka dan orang tua kita,  suka dan duka bersama mereka, kenangan pahit dan manis terukir di benak kita masing-masing, sehingga sulit terpisahkan karena terikat secara lahir dan bathin.
  3. Hubungan dengan saudara kandung adalah hubungan yang unik, yang tidak kita temukan dalam hubungan lain.

     Bagaimana caranya menjalin hubungan yang sehat dengan saudara kandung kita?

  1. Jangan biarkan pikiran negatif merasuki hubungan bersaudara. Sering kali terjadi perselisihan pendapat di dalam persaudaraan, hal ini sangat wajar, tapi jangan biarkan untuk tidak pedulih sama saudara.
  2. Jalinlah komunikasi yang intens dengan saudara kandung, komunikasi sangat perlu sehinggat semakin erat rasa sedarah pada diri masing-masing.
  3. Belajarlah untuk terbuka dan selalu saling berbagi dengan mereka.  Bagi saudara yang berkecukupan bantu saudaranya yang kekurangan, ingat Anda dari rahim yang sama, Anda dari darah yang sama, jangan biarkan saudaramu kekurangan atau perluh bantuan lain, maka segera bantulah.
  4. Beradu pendapat boleh, namun jangan sampai saling menyakiti hati. Jika Ada yang  merasa sellu benar, maka dengarkanlah, kalau memang pendapatnya berbeda denganmu, mka carilah alasan yang logis yang bisa dimengerti saudaramu. Tapi kalau memang terjadi jalan buntuh dalm penyeleseian, maka diamlah. Usahakan pindah pembicaraan ke masalah lain, dan berdoalah ke yang kuasa dibukakan jalan penyeleseian terbaik.

  1. Ketika sudah disibukkan dengan kesibukan masing-masing, jangan pernah lupakan saling berkomunikasi. Sekarang banyak alat teknologi yang membeikan fasilitas untuk berkomonikasi baik langsung maupun tidak langsung. Seperti bisa langsung menghubungi lewat telepon atau ponsel, bis juga kewat Whatsapp, Facebook, Instagram, Twitter, dan sebagainya.


Nah, Ingat Saudara sangat penting dalam hidup ini

                       

&&&&&&&&&&&&&&&ADAR260819&&&&&&&&&&&&&&&


Selasa, 06 Agustus 2019

Cerpen: ULANGAN Oleh : A. Darma


                                 
Bukannya aku  menyombongkan  diri,  memang  aku  tergolong  orang  yang  beruntung  dibandingkan  teman-temanku. Sejak  SD, SMP,  sampai  sekarang  duduk  di  bangku  SMA,  aku  selalu  masuk  peringkat  tiga  besar  di  dalam  kelas. Alhamdulillah,  setelah  duduk  di  bangku  kelas  tiga,  aku  selalu  di  peringkat  satu,  walaupun  terkadang  hanya  berbeda  satu  nilai  dengan  peringkat  dua.

Sejak  masuk  di  SMA,  aku  selalu  memotivasi  diriku  untuk  lebih  giat  belajar  supaya  nilai  yang  baik,  dan  kelas  bebas  test  masuk  di  fakultas  kedokteran  UNHAS  nantinya.  Menjadi  dokter  ingin  membantu  masyarakat,  aku  ingin  mengobati  mereka,  bukankah  biaya  berobat  sangat  mahal?

Pada  hari  Sabtu  sekitar  pukul  16.00,  aku  pergi  ke  rumah  tanteku,  di  sana  akan  ada  acara  aqiqah  pada  hari  Minggu. Aku  membantu  keluarga  di  sana. Pada  Sore  hari,  aku  pulang  ke  rumah. 
Minggu  ini,  hampir  semua  guru  bidang  studi  di  kelasku  akan  memberi  ulangan. Besok  hari  Senin,  ada  lagi  mata  pelajaran  yang  akan  diulangankan,  bahasa  Inggeris,  biologi,   dan  PKn. Kubuka  buku  bahasa  inggerisku,  aku  sungguh  kesulitan  menguasainya  karena  ada  wacana  yang  masih  banyak  kosa  katanya  belum  kuhapal,  sedangkan  biologi  cepat  kupahami  karena  hanya  membahas  organ  tubuh  manusia,  sedangkan  buku  PKn  kalau  sudah dibaca,  sudah  cukup.   

”Arma, Arma, Arma, bangun!  sudah  jam  enam,”  teriak  ibuku.

 ”Iya,  Bu,”  kataku  dengan  mata  terpejam.

Kuambil  jam  wekerku,  ternyata  sudah  pukul  06:05. Aku  heran,  aku  heran  mengapa  aku  tidak  mendengar  deringannya,  jadi  kemungkinan  terlalu  lelah  membantu  tenteku  kemarin.

Aku  mandi  dengan  tergesa-gesa. Berpakaian  kemudian  kuambil  secarik  kertas,  kubuka  buku  bahasa  Inggerisku,  kucatat  vovabulary  yang  belum  kuhapal. Yach,  kira-kira  20  kata,  kusimpan  di  saku  bajuku.
”Bu, Arma  pergi  dulu  yach!”
”Mengapa  tak  sarapan  dulu/”  tanya  ibuku.
”Tak  usah, Bu. Sekarang  sudah  pukul  tujuh,  hari  ini  upacara,”  jawabku. Aku  berangkat  dengan  mengenderai  angkot  jurusan  sekolahku,  ternyata  upacara  sudah  dimulai. Aku  terlambat  dan  harus  menjalani  hukuman  memungut  sampah  sebelum  masuk  ruangan  kelas.

Ulangan  belum  dimulai. Aku  bersyukur   karena  namaku  belum  disebut,  setelah  pak  guru  menyebut  lima  nama  temannku,  menyusullah  namaku,  aku  pun  menaikkan  buku  bahasa  Inggerisku  di  atas  meja   guru.
”Sediakan  kertas  lembar. Buku,  tas  dan  sebagainya  dimasukkan  di  dalam  laci  meja,”  perintah  guruku  dengan  lantang.
”Kalian  sudah  belajar  tadi  malam”
”Iya  Pak.”  jawab  kami  serentak.
”Arma,  mulai  berhitung  dari  angka  satu,”  tunjuk  guruku  ke  arah  diriku.

Begitulah  sistem  guru  bahasa  Inggerisku  kalau  memberikan  ulangan. Kami  berhitung  dari nomor  1  sampai  30 jumlah  ini  dibagi  dua,  ganjil  dan  genap,  aku  mendapat  nomor  sembilan  berarti  nomor  ganjil.

Pak  guru  pun  mem-bacakan soalnya  secara  bergantian,  ganjil  kemudian  genap. Setelah  cukup  sepuluh  nomor,  kami  pun  disilakan  untuk  mengerjakannya.

Kubaca  kembali  soal-soal  ternyata  hanya  enam  nomor   yang  kuketahui.
”Pak,  apakah  bisa  tidak  berurutan  nomornya?”  tanya  temanku.

Guruku memang  kompromi,  dia  hanya  duduk  di  kursi,  tapi  matanya,  bagai  mata  kucing  di  malam  hari.  Ia  menatap  kami  satu  per  satu,  membuat  aku  grogi  dan  takut  jika  bertemu  pandang  pandang  dengannya.

Sudah  enam   nomor  kukerjakan,  jadi  tinggal  empat  nomor,  kulirik  teman-temannku  di  samping  kananku.  Mereka  semua  asyik  menulis.  Kulirik  Rini  di  samping  kiriku,  dia  sedang  membuka  catatan  kecil  yang  biasa  disebut  pelampung. Kemudian  dengan  tenangnya  membuka  dan  menulis  di  kertas  jawabannya.
Aku  melirik  pak  guru  yang  duduk  di  mejanya  bagai  patung. Ternyata  dia  menatapku,  dengan  cepat  kepalaku  kutundukkan  ke  bawah.  Kuulangi  mambaca  soal-soal  yang  belum  kekerja. Yach,  tinggal  nomor  2,3,8,  dan  9.  aku  ingat,  jawaban  nomor  3  dan  8  ada  di  catatan  yang  kukantongi  tadi.  Kulirik  saku   bajuku,  aku  lihat  kertas  itu,  timbul  keinginanku  untuk  membukanya.

Tapi,jika  aku  membukanya itu  berarti  aku  melanggar  atau  korupsi. Padahal  aku  pantang  melakukan  perbuatan  seperti  ini.  Tapi  jika  aku  tak  membukanya,  aku  khawatir  akan  mendapatkan  nilai  rendah.  Begitulah  pikiran  yang  bolak-bolak  di  pikiranku.

Aku  mengangkat  kepalaku  dan  melirik  guru,  rupanya  ia  pun  melihat  ke  arahku. Aku  pura-pura  menulis   di  kertas  jawaban,  lalu  kulirik  di  samping  kiriku,  ada  Andi  yang   duduk  sejajar  denganku,  sebentar-sebentar  mumbuka  dan  menutup  kepalaan  tangannya. Ternyata  di  dalam  genggamannya,  ada  secarik  kertas  yang  kecil.  Kulirik   kembali  Rini,  ia  juga  sekali-kali melihat  catatan  yang  berada  di  bawah  kertas  jawabannya.

Kutatap  pak  guru  kembali,  tapi  belum  sempat  melihat   matanya,  kualihkan  peng-lihatannku,  kujatuhkan  pulpenku,  kemudian pura-pura  mengambilnya  kembali.

Kuyakinkan  diriku  untuk  berbuat  seperti  Rini  dan  Andi,  tapi  tubuhku  makin  gemetar. Dengan  perasaan  takut  dan  cemas,  kuangkat  tangannku  kualihkan  ke  kantong  bajuku untuk  mengambil  secarik  kertas. Aku  tak  bisa  tenang,  pikiranku  kacau  balau. Bagaimana caranya ? Bagaimana  kalau  Pak  Guru  melihatku ? Ah,  mungkin  ini  hanya  perasaannku  saja,  kuyakinkan  diriku  bahwa  pak  guru  tidak  melihatku. Kucoba  menenangkan  diri,  kubuka  kertas  itu  di  depan  meja.

Betapa  kagetku,  ternyata  pak  guru  sudah  berdiri  di  sampingku,  dia   mengambil  kertas  itu  dari  tanganku.

”Anu, anu, anu  pak,”  jawabku  tanpa  ditanya.

”Apa  ini?”  tanya  guruku. Aku  gugup,  aku takut, aku melihat  temanku,  semua  pandangan  mengarah  kepadaku. Mereka  sepertinya  mengejekku. Aku  bagai  disambar  petir,  aku  tertunduk  malu.
Bel  berbunyi  panjang  tanda  istirahat. ”Kumpul, ayo  kumpul,”  teriak  pak  guru.
Kami pun  mengumpu-lkannya,  setelah  suasana  tenang,  Pak  Guru  memanggilku,  ia  menyodorkan  ke  atas  dan  menyuruh  membacanya.
”Kalian  ikuti  Arma,  supaya  kalian  menghapal  vocabulary  itu,”

Aku  pun  membacanya,  lalu  teman-temanku  mengikutinya. Setelah  selesei  kubaca,  aku  kemudian  duduk  di  tempatku  kembali. Pikiranku  kacau  balau. Malu  dan  sakit  hati  ini. Aku   ingin  menjerit  bahwa  aku  tidak  pernah  melihat  catatan. Baru  kali  ini  aku  mencobanya,  dan  sialnya  tertangkap  basah  pula. Aku  bagaikan  dikuliti  oleh  Pak  Guru.

Kunasihati  diriku,   memang  aku  yang  salah,  bukannya  melihat  catatan  ketika  ulangan  sama  halnya  korupsi. Yach,  bukankah  kau  korupsi  ilmu  pengetahuan. Di  era  sekarang  ini,  korupsi  akan  diberantas  sampai  sekecil-kecilnya. Tapi  ini  tak  adil,  mengapa  hanya  aku,  yang  diambil  catatanya,  padahal  banyak  teman  yang  melihat  catatan. Ini  berarti,  banyak  temanku  yang  juga  koropsi  ilmu  pengetahuan.

Bagaimana  kamu  dapat  meraih  cita-citamu,  kalau  kamu  berlaku  curang.

Kubangkitkan  semengatku  kembali. Kubuang  rasa  malu  dan  grogi,  bukankah  mereka  juga  sering  tertangkap  basah. Aku  keluar  menuju  kantin  untuk  mengisi  perut  yang  sudah  merintih  sejak  tadi.
Sambil makan kubayangkan diriku bagaimana kelak 30 tahun yang akan datang, teringat tayangan-tayangan di TV bagaimana koruptor diborgol tangannya. Ya Allah, jauhkan aku dari perbuatan seperti itu. Aku tidak ingin jadi koruptor, aku  ingin jujur, aku ingin melihat negeraku bebas dari koruptor, bebas dari ketidakjujuran. Aku ingin negaraku jadi negara makmur dan jaya. Amin

******************










PIDATO : UNTAIAN SELAMAT TINGGAL Oleh : Erwin DJ


Sebelum saya menyampaikan untaian kata ini, saya berharap kepada para hadirin sekalian untuk sejenak menundukkan kepala, seraya melafadzkan doa untuk teman, sahabat sekaligus saudara kita, almarhum Rudiansyah yang telah mendahului kita, menghadap kehadirat Allah SWT, semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT, semoga amal baikya diterima oleh Allah SWT, dan semua kekhilafannya diampuni oleh Allah SWT, Berdoa dimulai, selesai terima kasih saya ucapkan kepada para hadirin yang telah bersedia mendoakan  saudara kita almarhum Rudiansyah.
Meski acara pisah  tamat ini diwarnai duka, namun tak sedikit warna dan rona keceriaan dating dari teman dan saudara kita yang lain. Saya juga mewakili segenap siswa mengucapkan selamat atas pernikahan beberapa teman kita yang telah mengakhiri masa remajanya. Untuk sebuah pilihan yang baru, yakni membangun sebuah hubungan yang serius dengan penuh tanggung jawab, dan melalui kesempatan ini pula, kita pun mendoakan semoga teman dan saudara kita mi mampu membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah serta mendapatkan keturunan yang saleh dan cerdas. Amin Ya Allah.

Hadirin dan Hadirat yang berbahagia.
            Waktu berjalan begitu cepat dan tak terasa. Bulir-bulir detik, menit hingga hari terus bergulir  mendampingi perjalanan hidup menusia. Hal ini pulalah yang terjadi pada kami, siswa kelas XII. Waktu selama kurang lebih 3 tahun lamanya telah kami isi dengan berbagai warna. Akhir tahun yang ketiga ini telah datang menghampiri kami. Membuka pintu selamat jalan kepada kami.
            Kami masih ingat peristiwa 3 tahun yang lalu. Di saat kami berbondong-bondong membawa map berisi formulir pendaftaran. Kami pun disambut dengan senyum indah para pembina. Meski waktu itu masih tarasa asing, tetapi senyum indah dan budi baik pembina, seakan membuat suasana asing itu menjadi familiar. Sungguh tak terasa, waktu 3 tahun ini telah habis, dan saatnya kata perpisahan terucap, meskipun berat lidah ini untuk mengucapkannya.
            Perpisahan itu bagi kami seperti koin yang memiliki 2 sisi yang tidak terpisahkan. Di sisi yang satu bahwa perpisahan itu berat adanya, sangat berat untuk meninggalkan bapak/ibu pembina dan adik-adik. Di sisi lain, masa depan menunggu kami untuk menorehkan asa untuk cita-cita. Sebuah dilema yang cukup rumit. Namun di setiap pertemuan, pasti terdapat perpisahan. Hal inii yang tidak dapat kita pungkiri, tetapi, marilah kita maknai perpisahan ini hanya sebatas perpisahan fisik, tetapi ikatan bathin ini akan tetap ada.
           
Hadirin dan Hadirat yang berbahagia!

            Dalam waktu 3 tahun ini kami berproses. Sebuah proses untuk menjadi yang terbaik melalui bimbingan oleh Bapak/ibu pembina, secara pelan-pelan dan bertahap berbagai disiplin ilmu kami serap dengan baik, dan secara bertahap pula, berbagai pesan moral tersampaikan, guna menyehatkan akal pikiran, guna menyehatkan akal pikiran kami.
            Berbagai teori yang agak rumit kami terima, menjadi  mudah tatkala Bapak/Ibu pembina menyampaikan teori itu dengan penuh cinta  dan pengabdian yang tulus  untuk melihat kami menjadi cerdas. Dan hal ini terbukti dalam indeks prestasi sekolah  kita yang mampu mendulang berbagai prestasi hingga ke tingkat nasional. Ini semua karena dedikasi yang tinggi oleh Bapak/Ibu Pembina.
            Dalam 3 tahun ini  kami berproses. Sebuah proses panjang untuk menjadi insan yang yang berdaya guna. Mampu berpikir positif dalam menyikapi berbagai  masalah. Saling berbagi cerita ketika suka dan senang, saling berbagi solasi ketika duka dan sedih melanda. Teringat, ketika kita tertawa bersama dan bercanda bersama di setiap sudut sekolah bersenda guru dengan bapak?ibu pembina serta adik-adik. Rasanya hati tentram di saat berada di sisi Bapak/Ibu pembina serta adik-adik.
            Dalam 3 tahun ini, kami berproses. Hampir separuh waktu kami setiap harinya. Kami habiskan bersama Bapak?Ibu pembina dan adik-adik. Betapa banyak kenangan yang tersimpan di benak kami. Kenangan yang sangat berharga dan sukar tuk dilupakan.
            Waktu terasa berlalu begitu cepat, menyisahkan kenangan tetang perjalanan hidup kami sebagai siswa SMAN 2 Sengkang banyak peristiwa yang kami lalui selama menimbah ilmu di sekolah yang sangat kami cintai ini.
            Ntah kami harus berkata apa untuk mendeskripsikan suasana di  hati kecil kami, perasaan haru, gembira, suka dan bahagia bercampur menjadi sebuah kesatuan yang sulit dirangkai dengan kata-kata.
            Sebelum saya mengakhiri untaian kata pisah ini, saya mewakili teman-teman kelas XII, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu pembina yang selama 3 tahun ini mendampingi kami, memberi segala sesuatu yang belum pernah kami dapat, mengajarkan hal-hal yang masih  asing dan tabu bagi kami sehingga kami lebih siap dalam mangarungi hidup yang lebih siap dalam mengarungi hidup yang lebih siap dalam mengarungi hidup  yang lebiih kompleks  di luar sana. Bapak/Ibu pembina yang telah setia menuntun kami melewati berbagai rintangan dan problematika hidup. Bapak/Ibu pembina yang telah ikhlas mengorbangkan separuh waktu dalam setiap hari-harinya untuk mengalirkan berbagai disiplin ilmu kepada kami.
Bapak/Ibu pembina yang penuh pengabdian dan dedikasi yang tinggi dalam membentuk pribadi kami menjadi sebuah pribadi yang berakhlak dan berbudii pekerti yang baik. Bersama dengan ini pula, saya mewakili teman-teman kelas XII menghaturkan permohonan maaf kepada Bapak/Ibu pembina, kami sebagai manusia biasa yang tak akan luput dari khilaf, kami pernah membuat sebuah tindakan yang membuat Bapak/Ibu  merasa tidak senang, maka dari itu kami  memohon maaf kepada Bapak/Ibu pembina, sebab tanpa keikhlasan Bapak/Ibu pembina untuk memaafkan kami, maka kami tidak  bisa meraih masa depan kami. Tidak ada yang bisa kami  berikan kepada Bapak/Ibu pembina untuk membalas segala pengorbanan Bapak/ibu pembina sselain sebuah doa yang tulus, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmatnya kepada Bapak/Ibu pembina dalam mengamban amanah dari Allah SWT untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Melalui kesempata ini pula, saya dan teman-teman kelas XII menyampaikan ucapan terima kasih kapada adik-adik kalas X dan XI yang selama ini memberi kami dorongan dan semangat dalam mengarungi hidup adik yang selama ini membantu dan memberi solusi pada setiap masalah yang kami hadapi
Kami juga menghaturkan permohonan maaf kepada adik-adik bilamana kami pernah berbuat sesuatu yang membuat adik-adik  merasa tidak nyaman. Pesan kami kepada adik-adik sekalian bahwa sepeninggal kami, kami berharap kepada adik-adik untuk terus belajar dan menambah pengetahuan adik-adik teruslah berkarya dan mendulan prestasi untuk sekolah yang sangat kita cintai ini. Menjunjung tinggi harkat dan  martabat orang tua dalam sekolah. Selalu optimis dalam menjalani hidup, selalu memberikan yang terbaik pada masyarakat. Kami akan selalu berdoa, semoga adik-adik kelak menjadi manusia telada dan berguna di tengah-tengah orang banyak.
Saya mewakili teman-teman kelas XII, memohon doa restu dan bapak/Ibu pembina dan adik-adik agar ketika kami melanjutkan pendidikan kami atau ketika kami terjun di masyarakat, tetap  berada dalam ridha Allah SWT, kami juga memohon doa restu bapak/Ibu pembina dan adik-adik agar kami mampu meraih cita-cita kami.
Jika Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa ”Baiti Jannati”  rumahku surgaku, maka kami pun menjadikan sekolah kami adalah surgaku, maka kami pun menjadikan  sekolah kami adalah surga kedua bagi kami, ”Madrasati Jannati” sekolahku surgaku. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada  kami untuk kembali bersua dan bertegur sapa dengan bapak/ibu dan adik-adik di suatu hari  nanti.
Ada mattaro janci, janci mattaro gau, gau mattaro passengereng, mauni mabela, oni manu teppinra, addampengen tepettu. Mappale dua limakku mellau dampeng riseseta maneng, senge’ka si mata jarung, ubali sengetokki natosipuppereng lino.
                                                           
                                                                                                                                                   Sengkang, 23 April 2010


                                                              
                                                                                                     ERWIN.DJ.

Pidato : BAHASA ADALAH ALAT PEMERSATU BANGSA


Bismillahirahmanirahim
Assalamu Alaikum WR. WB
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmatNya kepada kita semua sehingga kita dapat hadir di tempat yang sederhana ini. Tak lupa pula kita ucapkan Salawat dan Taslim kepada Nabi Muhammad SAW, nabi yang telah membawa kita dari zaman yang penuh kehinaan ke zaman yang penuh dengan keridhaan Allah SWT. Dan terima kasih kepada dewan juri yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk membawakan pidato ini yang berjudul “ Bahasa Indonesia Sebagai Alat Pemersatu Bangsa”
Hadirin yang saya hormati.
Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan adalah suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan integritas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta dan masyarakat umumnya telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan nasional yang lebih berkualitas. Antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum serta sistem evaluasi.
Efektifitas proses pencapaian kualitas pendidikan tersebut sangat terkait dengan esensi proses komunikasi yang terjadi, dan hal ini sangatlah berhubungan dengan kemampuan menggunakan bahasa. Seluruh bentuk proses peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan itu telah dilakukan dan sebagian besar menggunakan Bahasa Indonesia. Dengan demikian, melalui Bahasa Indonesia telah terjadi penyerapan ilmu pengetahuan. Pemakaian dan pengembangan Bahasa Indonesia menjadi salah satu segi pembangunan bangsa, bahkan sejumlah ahli telah menggunakan dan memperhitungkan Bahasa Indonesia sebagai salah satu indicator untuk menunjukkan mutu manusia Indonesia.
Hadirin yang berbahagia.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu perwujudan budaya bangsa memiliki sejarah perkembangan yang unik, yakni lahir sebelum kemerdekaan Bangsa Indonesia. Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Pada Kongres kedua bahasa Indonesia  di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa  Negara Indonesia pasca kemerdekaan.Sebelum mencapai tonggak bersejarah tersebut, Bahasa Indonesia telah melalui proses panjang. Pada tahun 1901 Van Ophuijen menyusun ejaan resmi Bahasa Melayu dan memuatnya dalam “ Kitab Logat Melayu”. Bahasa Melayu-Riau inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Bahasa Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI tahun 1945 yang salah satu pasalnya yakni pasal 36 menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan bahasa resmi. Dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, Bahasa Indonesia digunakan dalam  upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun tulisan. Untuk melaksanakan fungsinya sebagai bahasa Negara, Bahasa Indonesia perlu senantiasa dibina dan dikembangkan.
Hadirin yang saya banggakan.
Secara formal Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa persatuan, bahasa Negara, dan bahasa resmi. Bahkan lebih lanjut Bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmu dan budaya. Bahasa Indonesia telah menunjukkan identitas Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia berperan efektif dalam mempersatukan berbagai suku bangsa.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa bangsa kita ini terdiri atas beribu-ribu kepulauan, dan bermacam-macam suku di dalamnya seperti misalnya Indonesia yang memiliki 700 lebih bahasa daerah dan baasa Indonesialah yang mempersatukannya.   Untunglah ada Bahasa Indonesia yang mampu mempersatukan kesemua suku-suku dari Sabang sampai Merauke. Dari Pulau Nias sampai pulau Rote. Bayangkan jika Bahasa Indonesia tidak ada, maka takkan tercipta komunikasi yang saling berkesinambungan sebab sering terdapat kata-kata yang sama penulisannya tetapi memiliki arti yang berbeda pada tiap daerah, seperti daerah Bugis kata bosi  berarti hujan, tapi di Palopo bosi berarti bau yang tidak sedap. Nah apabilah terjadi kesalahpahaman dalam pengucapan kata tersebut maka bahasa Indonesia yang dapat menyatukannya.
Hadirin yang saya hormati.
Belakangan ini banyak masyarakat Indonesia yang lebih cinta bahasa asing khususnya Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia, memang kita harus mempelajari bahasa Ingeris yang menjadi bahasa Internasional ini sebagai tuntutan kemajuan sumber daya manusia. Akan tetapi tak ada salahnya jika kita lebih mencintai bahasa kita sendiri yakni Bahasa Indonesia dengan menggunakannya. Di Malaysia saja salah satu nama stasiun televisinya menggunakan Bahasa Malaysia sekaligus sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia   ( TV satu), tapi mengapa stasiun televisi kita malah menggunakan bahasa Inggris (TV One). Ini salah satu contoh bangsa Idonesia. Marilah kita mengembangkan dan mencintai Bahasa Indonesia sebab pepatah  mengatakan. Jika bukan kita siapa lagi, jika bukan sekarang kapan lagi.
Demikianlah  pidato saya ,  apabila ada  kata yang salah mohon dimaafkan. Wabillahi Taufik Wal Hidayah.
 Assalamu Alaikum WR.WB



Bismillahirahmanirahim
Assalamu Alaikum WR. WB
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmatNya kepada kita semua sehingga kita dapat hadir di tempat yang sederhana ini. Tak lupa pula kita ucapkan Salawat dan Taslim kepada Nabi Muhammad SAW, nabi yang telah membawa kita dari zaman yang penuh kehinaan ke zaman yang penuh dengan keridhaan Allah SWT. Dan terima kasih kepada dewan juri yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk membawakan pidato ini yang berjudul “ Bahasa Indonesia Sebagai Alat Pemersatu Bangsa”
Hadirin yang saya hormati.
Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan adalah suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan integritas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta dan masyarakat umumnya telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan nasional yang lebih berkualitas. Antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum serta sistem evaluasi.
Efektifitas proses pencapaian kualitas pendidikan tersebut sangat terkait dengan esensi proses komunikasi yang terjadi, dan hal ini sangatlah berhubungan dengan kemampuan menggunakan bahasa. Seluruh bentuk proses peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan itu telah dilakukan dan sebagian besar menggunakan Bahasa Indonesia. Dengan demikian, melalui Bahasa Indonesia telah terjadi penyerapan ilmu pengetahuan. Pemakaian dan pengembangan Bahasa Indonesia menjadi salah satu segi pembangunan bangsa, bahkan sejumlah ahli telah menggunakan dan memperhitungkan Bahasa Indonesia sebagai salah satu indicator untuk menunjukkan mutu manusia Indonesia.
Hadirin yang berbahagia.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu perwujudan budaya bangsa memiliki sejarah perkembangan yang unik, yakni lahir sebelum kemerdekaan Bangsa Indonesia. Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Pada Kongres kedua bahasa Indonesia  di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa  Negara Indonesia pasca kemerdekaan.Sebelum mencapai tonggak bersejarah tersebut, Bahasa Indonesia telah melalui proses panjang. Pada tahun 1901 Van Ophuijen menyusun ejaan resmi Bahasa Melayu dan memuatnya dalam “ Kitab Logat Melayu”. Bahasa Melayu-Riau inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Bahasa Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI tahun 1945 yang salah satu pasalnya yakni pasal 36 menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan bahasa resmi. Dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, Bahasa Indonesia digunakan dalam  upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun tulisan. Untuk melaksanakan fungsinya sebagai bahasa Negara, Bahasa Indonesia perlu senantiasa dibina dan dikembangkan.
Hadirin yang saya banggakan.
Secara formal Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa persatuan, bahasa Negara, dan bahasa resmi. Bahkan lebih lanjut Bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmu dan budaya. Bahasa Indonesia telah menunjukkan identitas Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia berperan efektif dalam mempersatukan berbagai suku bangsa.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa bangsa kita ini terdiri atas beribu-ribu kepulauan, dan bermacam-macam suku di dalamnya seperti misalnya Indonesia yang memiliki 700 lebih bahasa daerah dan baasa Indonesialah yang mempersatukannya.   Untunglah ada Bahasa Indonesia yang mampu mempersatukan kesemua suku-suku dari Sabang sampai Merauke. Dari Pulau Nias sampai pulau Rote. Bayangkan jika Bahasa Indonesia tidak ada, maka takkan tercipta komunikasi yang saling berkesinambungan sebab sering terdapat kata-kata yang sama penulisannya tetapi memiliki arti yang berbeda pada tiap daerah, seperti daerah Bugis kata bosi  berarti hujan, tapi di Palopo bosi berarti bau yang tidak sedap. Nah apabilah terjadi kesalahpahaman dalam pengucapan kata tersebut maka bahasa Indonesia yang dapat menyatukannya.
Hadirin yang saya hormati.
Belakangan ini banyak masyarakat Indonesia yang lebih cinta bahasa asing khususnya Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia, memang kita harus mempelajari bahasa Ingeris yang menjadi bahasa Internasional ini sebagai tuntutan kemajuan sumber daya manusia. Akan tetapi tak ada salahnya jika kita lebih mencintai bahasa kita sendiri yakni Bahasa Indonesia dengan menggunakannya. Di Malaysia saja salah satu nama stasiun televisinya menggunakan Bahasa Malaysia sekaligus sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia   ( TV satu), tapi mengapa stasiun televisi kita malah menggunakan bahasa Inggris (TV One). Ini salah satu contoh bangsa Idonesia. Marilah kita mengembangkan dan mencintai Bahasa Indonesia sebab pepatah  mengatakan. Jika bukan kita siapa lagi, jika bukan sekarang kapan lagi.
Demikianlah  pidato saya ,  apabila ada  kata yang salah mohon dimaafkan. Wabillahi Taufik Wal Hidayah.
 Assalamu Alaikum WR.WB




Berikan Pelajaran Tauhid Sejak Dini pada Anak!

      Pelajaran tauhid sangat penting diberikan kepada anak sejak dini, supaya menuntun keyakinannya kepada kuasa Allah SWT, serta dapat men...